Senin, 14 Desember 2009

Aww...Friend...Friend


"Is there anybody going to listen to my story all about friends who came to stay?
They're the kind of friend you want so much, it makes you all sorry.
Still, you don't regret a single day."

Sabtu, 12 Desember 2009

Sudahkah Kau Menonton Film Hari Ini ?!


FILM
atau gambar hidup atau gambar bergerak atau apapun kau menyebutnya sesuka hatimu, adalah sebuah karya seni yang sudah begitu melekat di segi-segi kehidupan manusia jaman sekarang bahkan untuk jaman dahulu, sebuah seni yang sudah menjadi komoditi perseorangan atau kelompok untuk memenuhi hasratnya.
Film yang belakangan ini menjadi kegemaran, menjadi nilai prestigious supaya bisa dibilang tidak ketinggalan jaman (tapi menurut saya jaman yang seperti apa dulu..?!), kegiatan menonton film yang mengisi waktu kalian bersama teman-teman dekat kalian, atau kekasih kalian, adalah sebuah genre dari seni yang patut kalian sangat hargai, dan apakah kalian tahu asal mula dari si gambar bergerak ini?!
Saya akan membuka sekilas tentang sejarah perfilman, tentang siapa penemu, siapa orang yang pertama kali membuat film, dan kemudian saya akan mengkilas balik tentang sejarah perfilman di Indonesia...selamat menikmati, dan maaf kalau terlalu panjang walaupun sebenarnya masih terlalu pendek untuk menceritakan tentang film. Salute.

Chapter One

Film adalah sebuah karya dari manusia yang sangat fenomenal yang berkembang menjadi sebuah trend, sebuah kebutuhan, film sekarang bukan hanya sekedar tontonan belaka, sebuah karya peninggalan dari abad 20 walaupun di abad 19 sudah mulai ditemukan, sang bersaudara Lumiere lah yang pertama kali menghebohkan dunia dengan karya seni gambar bergerak, ide ini muncul dengan meminjam hasil teknologi dari sang jenius dunia bernama Thomas Alva Edison atau kita lebih mengenal sebagai Bapak Penerangan karena beliau adalah orang yang menemukan teknologi bola lampu dan ia pula lah yang bertanggung jawab piringan hitam ada di muka bumi ini, awal mulanya om Thomas pada tahun 1887 merancang sebuah alat guna merekam dan membuat gambar, ide membuat alat itu didasari oleh hasil penemuan terdahulu yaitu fonograf, kalau fonograf berfungsi untuk merekam suara dan om Thomas berpikir kenapa tidak membuat alat untuk merekam gambar dan bergerak, lalu ia berhasil membuat alat untuk merekam gambar bergerak tersebut dan dinamakan Kinetoskop, tetapi ada kendala, om Thomas belum menemukan bahan dasar untuk merekam gambar bergeraknya tersebut, lalu datanglah om George Eastman menawarkan idenya, beliau menganjurkan agar om Thomas memakai bahan serupa plastik tembus pandang yang cukup ulet dan mudah untuk digulung, bahan itu dikenal dengan sebutan Siluloid, dan jadilah sebuah alat canggih pada jaman itu untuk merekam gambar bergerak.

Kinetoskop bentuknya mirip dengan sebuah kotak, mempunyai lubang untuk mengintip hasil rekaman gambar bergerak tersebut, dan pada tahun 1894 om Thomas mulai mempublikasikan dan mempertontonkan teknologi hasil buatannya pada orang-orang, pertama kali ia memulai pertunjukkannya di studio miliknya di kota New York yang bernama Black Maria, kenapa namanya Black Maria dikarenakan sekonyong-konyongnya seluruh studio itu didominasi warna hitam bahkan seluruhnya berwana hitam. Pertunjukan pertama kali di dunia malalui alat Kinetoskop itu adalah potongan-potongan pertandingan tinju, segeralah setelah itu warga dunia geger dengan penemuan hasil om Thomas dan kawan-kawan tersebut, dan sampai pada kedua mata milik kakak beradik August dan Louis Lumiere yang berkebangsaan Perancis, asal dari cheese (no, i'm kidding!).

Berawal dari hasil penemuan om Thomas itu, bersaudara Lumiere mulai berimajinasi untuk membuat sebuah film, bukan hanya sebuah potongan-potongan yang om Thomas lakukan, lalu Lumiere bersaudara mulai mengoprek-oprek alat Kinetoskop yang sudah om Thomas temukan, mereka kemudian merancang ulang dan mengkombinasikan Kinetoskop dengan alat serupa proyektor yang dikemudian diberi ngaran Sinematograf. Alat Sinematograf ini mengalami perubahan berkali-kali karena Lumiere bersaudara ingin alat itu lebih kecil (portable), menghasilkan kualitas gambar yang bagus, dan tidak rumit seperti yang om Thomas buat, tapi saya tidak akan cape-cape menjabarkan bagaimana mekanisme alat ini bergerak dan menghasilkan suatu film, dijamin pusing dah, I bet you!

Tetapi film-film karya Lumiere bersaudara ini berkisar tentang kejadian atau aktifitas orang sehari-hari, lalu muncullah om George Milies, om George adalah seorang pemilik pertunjukkan sulap dan om George adalah salah satu orang yang kerap menonton film milik Lumiere bersaudara, lalu intuisinya sebagai seorang penghibur kemudian ia mempunyai ide membuat film yang imajiner sehingga lahirlah film Trip To The Moon pada tahun 1902 dan berhasil menggemparkan dunia pertunjukkan seantero jagad, dan film Trip To The Moon adalah film fiksi pertama di dunia, lalu om George dijuluki Bapak Film Cerita oleh dunia.

That's it, sedikit dari sejarah awal lahirnya film ke dunia, semoga kalian tidak hanya menjadi penonton belaka yang belum apa-apa sudah mengclaim dirinya "saya penggemar film" tanpa tahu sejarah dari sebuah film tersebut. Sekarang film telah mempunyai seribu bentuk, berbagai genre film telah bermunculan, berjuta-juta pekerja film telah bermunculan, dan orang-orang berbondong-bondong beralih profesi menjadi insan film, bagus sekali itu.
Tapi memang dasarnya manusia, ada film yang sangat-sangat bagus dan ada pula film yang sangat-sangat butut, ulah dari beberapa pekerja film yang semata-mata hanya ingin mengeruk lembaran-lembaran duit saja, tanpa mempedulikan aspek dari film itu sendiri, berkualitas atau tidak, edukatif atau tidak, mempunyai pesan moral atau tidak, tampaknya film sudah ternodai oleh ulah bangsat-bangsat tidak bertanggung jawab itu, tapi mari kita tinggalkan para bedebah itu.
Okay sekarang kita lompat ke perfilman nasional alias perfilman Indonesia, go...

Chapter Two

Film pertama kali muncul di Indonesia adalah pada tahun 1900 an yang dibawa oleh para penjajah jahanam dari Belanda, film yang diputar pun film hasil produksi Amerika, film yang paling menggemparkan di Indonesia pada awal abad 20 an adalah film The Great Train Robbery pada tahun 1903. Lalu film pertama kali di produksi di Indonesia pada tahun 1926, film tersebut berjudul Loetoeng Kasaroeng milik production house Java Film Co. pemiliknya adalah orang belanda dan ia berperan menjadi produser sekaligus sutradara dari film Loetoeng Kasaroeng tersebut, animo masyarakat cukup lumayan banyak (yaiyalah lumayan, warga lokal kalau tidak nonton bakal disiksa.haha). Setelah Loetoeng Kasaroeng muncul film Eulis Atjih tahun 1927, disini para pengusaha Tionghoa menjadi produsernya, kemudian banyak bermunculan rumah-rumah produksi dan kebanyakan dibuat oleh para bangsa kulit kuning a.k.a Tionghoa, dan mereka mengimpor pula film-film dari negeri China yang cukup tersohor di Indonesia , tetapi tidak lama juga setelah datang para penjajah lainnya dari negeri Matahari Terbit alias Jepang, penjajah Jepang itu menjadikan media film sebagai alat propagandanya, dan mereka hanya memproduksi 3 judul film lalu Indonesia merdeka deh, hush hush Jepang, take your ass away from here.hehe.

Film milik asli bangsa Indonesia sendiri diproduksi pada tahun 1949 yaitu berjudul Air Mata Mengalir di Tjitarum dan Bengawan Solo, pada tahun yang sama Usmar Ismail membuat film Tjitra yang kelak dipatenkan menjadi nama piala di ajang Festival Film Indonesia, tetapi campur tangan pihak produser yang (masih) notebene warga Tionghoa cukup besar, bang Usmar Ismail tidak mengakui film Tjitra adalah hasil murni karya beliau, baru pada tahun 1950 lah ia menelurkan film Darah dan Doa sebagai karyanya seratus persen, bahkan pada 11 oktober 1962, dewan film Indonesia menetapkan hari shooting pertama film Darah dan Doa adalah Hari Film Nasional, dan Usmar Ismail sebagai Bapak Perfilman Nasional berbagi jabatan dengan Djamaluddin Malik, sang ayah dari Camelia Malik dan ayah tiri dari Ahmad Albar.
Kemudian Usmar Ismail mendirikan Perfini (Persatuan Film Nasional Indonesia) yang menghasilkan film-film berkualitas, lewat hasil tangan dinginnya lahirlah bintang-bintang Indonesia kenamaan, seperti, Bambang Irawan (ayah Ria Irawan), Mieke Widjaya (ibu Nia Zulkarnean), Rachmat Hidayat, Suzanna, sampai Lenny Marlina, sedangkan Djamaluddin Malik membuat Persari (Persatuan Film Dalam Negeri.mungkin!haha) membuat film berwarna selain hitam-putih pertama kali di Indonesia bekerja sama dengan rumah produksi dari Filipina, yaitu Rodrigo de Villa dan Holiday in Bali, untuk Holiday in Bali diperankan aktor Filipina Joseph Estrada yang kelak menjadi Presiden Filipina.

Perfilman dalam negeri mempunyai saingan-saingan yang cukup berat, seperti film-film Malaysia yang cukup digemari (kok bisa yah?!), dan dari negeri lebay nan bombay, India, dan tentunya saingan paling berat yang tidak ada tandingannya Amerika Serikat, namun semua terhenti ketika Presiden Soekarno memboikot film-film dan musik-musik dari luar dengan slogannya yang cukup terkenal "Inggris kita linggis, Amerika kita setrika", film-film luar tidak ada yang masuk bahkan piringan hitam The Beatles pun dibakar oleh Bung Karno (Beatles kan bagus bung Karno, gimana sih?!) dan Koes bersaudara alias grup musik Koes Plus dijebloskan ke penjara Glodok tanpa alasan, tapi bung Karno memperbolehkan film-film karya produksi Uni Soviet dan Eropa Timur yang notabene menganut paham komunis merajalela di perfilman dalam negeri, tapi toh film-film itu tidak sukses dari segi apapun di Indonesia, perfilman karya anak bangsa sendiri mati suri pada jaman itu.

Kemudian muncul film-film dari Hong Kong dan dari Italia, sejak itu film-film Indonesia kembali bangkit berkat film bergenre drama seks yaitu Bernafas Dalam Lumpur pada tahun 1970 yang diperankan oleh siapa lagi kalau bukan tante Suzanna (hore!), bersama Rachmat Kartolo, dan Farrouk Affero, setelah itu bermunculan film-film bergenre sama yaitu drama seks, dikarenakan untuk para sineas luar negeri bila mereka ingin mengimpor film-filmnya ke Indonesia mereka diwajibkan untuk membuat film lokal dahulu, maka menurut mereka genre apalagi yang mudah dibuat, biayanya murah, serta dijamin sukses adalah film bergenre seks atau drama seks, tapi jangan senang dulu hey para maniak seks, tapi pada tahun 1970 an Indonesia mencatat lima nama sineas-sineas yang sangat berkualitas seperti, Teguh Karya, Sjuman Djaya (ayah Titi Sjuman), Wim Umboh, Arifin C. Noer (suami Jajang C. Noer), dan Nya Abbas Akup.

Masing-masing sutradara melahirkan nama-nama aktor dan aktris terkenal, Teguh Karya membawa Slamet Rahardjo, Christine Hakim, Alex Komang (untuk nama yang terakhir, film terakhirnya butut banget !), lalu Sjuman Djaya dengan Deddy Sutomo, Benyamin S., Rano Karno, Roy Marten, Yenny Rahman, lalu Wim Umboh membawa Sophan Shopian, Widyawati, Cok Simbara, sampai Meriam Bellina, Lalu Arifin C. Noer membawa Joice Erna, Marrisa Haque, dan tentunya sang istri Jajang C. Noer, dan terakhir Nya Abbas Akup mengorbitkan Titiek Puspa, Ray Sahetapy, Dewi Yull, Doris Callebaute, dan (favorit saya!) Didi Petet.

Berbagai genre film di Indonesia pun mulai beragam tak hanya dari Drama saja, ada pula Komedi yang diawali oleh Bing Slamet (dengan Kwartet Jaya nya Eddy Sud, Ateng, Iskak), Lalu muncul S. Bagyo (bersama S. Diran, Darto Helm, Sol Soleh), Lalu Jojon dengan Jayakarta Group (Tjahyono, Joni, Uuk), Lalu Benyamin S. (berduet dengan Ida Royani, Eddy Gombloh, Mansyur Syah), dan yang terakhir yang filmnya paling sering diputar sampai sekarang Warkop DKI (Dono, Kasino, Indro, Nanu). Dari genre Horor Mistik pastinya tante Suzanna, Genre Action Barry Prima, Advent Bangun, dan George Rudy, dan untuk genre Musikal, dari Dangdut siapa lagi kalau bukan bang haji Rhoma Irama (juuudi...tet.), untuk genre musik rock atau jazz anehnya kurang mendapat sambutan bahkan sampai hari ini. Tetapi sekali lagi film Indonesia mengalami keterpurukan dan tidur panjang pada tahun 1990, karena bioskop dipenuhi film-film tidak bermutu dan bararutut yang bergenre seks, barulah pada tahun 1999, seorang wanita, istri dari aktor Mathias Muchus yaitu Mira Lesmana menyuntikkan angin segar pada perfilman Indonesia lewat Petualangan Sherina, dan Ada Apa Dengan Cinta ? pada tahun 2001 yang mempelopori genre Drama Remaja kala itu.

Kalau di Hollywood punya piala Oscar lewat Academy Award nya, di Indonesia lahir Festival Film Indonesia (FFI) yang diadakan pertama kali pada tanggal 5 April 1955 di Jakarta, tetapi terhenti diselanggarakan pada tahun 1992 karena film yang beredar di Indonesia saat itu dianggap tidak layak untuk diapresiasi, lalu kembali diadakan pada tahun 2004 sampai sekarang, tapi ada catatan khusus pada pagelaran FFI tahun 2006, dikarenakan film (butut pisan) Ekskul meraih film terbaik pada saat itu, seluruh insan film yang mendapat Piala Citra pada malam itu berbondong-bondong mengembalikan Piala Citra, karena menurut mereka film Ekskul tidak memenuhi kriteria film terbaik (betul banget), plus scoring nya yang menjiplak dari film-film Amerika

Sekarang telah bermunculan sineas-sineas abad 21 di Indonesia yang cukup berkualitas seperti, Mira Lesmana (seringnya sebagai produser), Riri Reza, Nan Achnas, Rizal Mantovani (butut orang ini mah butut, sumpah!), Dimas Djayadiningrat, Nia Dinata (kadang berperan sebagai produser), Sekar Ayu (Biola Tak Berdawai), Djoko Anwar (Janji Joni, Pintu Terlarang), Rudi Soejarwo (Ada Apa Dengan Cinta?, Kambing Jantan), Hanung Bramantyo (Jomblo), Hanny R. Saputra, Teddy Soeriaatmadja, Rako Prijanto, Upi Avianto (Serigala Terakhir), selain dari para sineas-sineas yang terbilang cukup muda di atas, ada pula beberapa nama yang cukup malah sangat berkualitas seperti, Garin Nugroho lewat film Cinta dalam Sepotong Roti pada tahun 1990 namanya langsung melambung sebagai sutradara berkualitas yang Indonesia miliki, ia pun sempat menjadi juri di ajang festival film internasional di Venesia akhir-akhir ini, lalu ada nama Deddy Mizwar lewat Ketika, Kiamat Sudah Dekat, Nagabonar Jadi 2.

Dibalik sutradara pun jabatan yang cukup punya andil besar seperti Director of Photography (DOP), Script Writer, Editor, Music Director jangan pernah kalian lupakan, karena sebuah film tidak akan pernah ada bila tidak ada campur tangan dari mereka-mereka itu. Diantara sutradara-sutradara yang telah saya sebutkan namanya diatas, ada pula beberapa nama yang cukup produktif membuat film, tapi karena kebanyakan film mereka sangat tidak berkualitas, kalian cari saja namanya sendiri (biasa anak buah para Bombayers). Pada dua nama diatas masing-masing mempunyai Prodution House nya masing-masing seperti Mira Lesmana dengan Miles, Nia Dinata dengan Kalyana Shira Film, dan ada total sekitar 15 rumah produksi lagi dan mungkin sekarang bertambah tapi didominasi para produser dari negara bombay keparat itu yang lebih banyak daripada rumah produksi yang berkualitas, kembali lagi mereka ingin menciptakan pangsa penonton yang hanya menonton saja dan tidak memberikan sisi edukatif, pesan moral. Setelah keluar dari bioskop atau menonton dvd dirumah, sudah saja tidak ada kesan, tidak ada yang bisa didapat dan dibahas. What a great movie...for dummies !

Chapter Three

Film Indonesia sekarang diwarnai lebih banyak oleh film-film butut yang bergenre itu-itu saja, contohnya Horror, setelah film Jelangkung yang meraih sambutan luar biasa dari para penonton Indonesia, rumah-rumah produksi terutama rumah produksi dinasti negeri bombay berlomba-lomba memproduksi film bergenre serupa, mereka secara massive memproduksi film-film Horror, kembali lagi dengan ide cerita yang butut, sinematograpy yang butut juga, mereka seolah-seolah menanamkan bom bodoh pada para penonton Indonesia, dan memang dasar bodohnya orang-orang Indonesia (para alayism khususnya), mereka pun dengan wajah sumringahnya mengantri di bioskop hanya untuk sensasi tegang saja, kalian tidak sadar bahwa dengan membeli karcis atau membeli DVD (even bajakan), kalian malah membuat para produser-produser goblok itu mempunyai alasan kenapa mereka masih memproduksi film-film bergenre tersebut, lalu fenomenal genre Drama Seks Komedi Remaja yang menjadi momok mengerikan buat saya, sekali lagi para penonton-penonton tolol lah yang menonton film-film bergenre tersebut, kebanjiran duitlah para rumah produksi keparat itu, aduh mindset para penonton di Indonesia ini harus dirubah sebelum Indonesia kembali terpuruk dan tertidur lagi dikarenakan pihak-pihak yang sekali lagi hanya ingin mengeruk keuntungan belaka saja di Indonesia tanpa memikirkan akibatnya.

Mungkin kalian tidak sadar kalian itu sedang dibodohi secara intensif oleh rumah-rumah produksi keparat itu, kalian harus disadarkan dengan tontonan film yang berkualitas, kalian jangan hanya mencari hiburan doang, itu membuat otak kalian bodoh. Kalian harus lebih selektif memilih film untuk kalian tonton, toh ada banyak judul film Indonesia yang layak untuk ditonton, walaupun mungkin dari segi hiburannya lebih sedikit, tapi toh membuat kalian pintar, mungkin kalian tidak peduli dengan nasib perfilman Indonesia, apalagi untuk para sineas-sineas berbakat dan berkualitas yang sudah ada sekarang di Indonesia, setidaknya tunjukkan empati kalian dengan tidak menonton film-film tai kucing itu, kalian pun tahu mungkin film yang tai kucing itu seperti apa, apakah kalian tidak ingin Indonesia dianggap sebagai negara yang memproduksi film-film berkualitas, bermutu, dan baru, jangan cuma genre Seks remaja atau Horror atau lebih parahnya digabungkan (Tidak....!!!), kalau horror nya berkualitas sih no problemo tapi pastilah produksi orang-orang ahe-ahe itu mah butut-butut semua.

Kembali pada pokok awal bahasan diatas, karena film sudah menjadi sebuah komoditi, perkembangan dari film itu sendiri pun kurang terlalu diperhatikan, khususnya untuk kaum Indonesia. Film-film yang sebenarnya bernilai tinggi tapi dikarenakan promosinya kurang, tidak mempunyai aktor terkenal, tidak mempunyai efek canggih, lantas kemudian film yang bermutu malah menjadi terbengkalai, tidak dilirik sedikitpun.
Mari kita ciptakan bangsa penonton yang baik, yang selektif dengan film tontonannya, maka dari itu berpikir pintarlah sedikit, kurangi menonton film yang tidak bermutu, yang hanya mengandalkan efek saja, seks saja, setan-setan norak dengan make-up menor, mari menjadi penonton film berkualitas dari orang-orang yang berkualitas, dan mari menjadi tuan rumah di negara kita sendiri, dan mari menjadikan bangsa Indonesia sebagai pengimpor film-film bermutu untuk esok hari.
Mari kita budayakan menonton film!!! Go Films and Go Indonesian Films...


Salam Film,
Yanuar Kapriradela
Cimahi, Desember 04 '09


*maaf bila ada salah informasi, salah lokasi, salah nama, tidak bermaksud dan terima kasih untuk beberapa majalah yang saya sadur informasinya. salute...

Senin, 30 November 2009

Seorang Pria dan Sebuah Kursi Goyang

Dingin...
dingin sekali, tulang-tulangku seakan beku menggigil, gigiku bergemertak tak teratur mengeluarkan suara seperti kursi kayu tua yang dihentak-hentakkan dengan cepat, degup jantung seperti yang tak bernyawa. senyap. Malam ini adalah malam ketujuh langit menghujani bumi seperti bom tiada henti, tidak pernah berhenti hanya melamban tapi tetap basah.
Gulma-gulma sudah mulai meliar keluar dari dalam ranah. Merimbun.
Jalanan yang lembab serta meluber dan warna hijau di pinggiran. Melumut.
Angin dingin yang berhembus seperti menyembunyikan pasukan berpedang tidak nampak menusuk-nusuk daging. Sudah cukup lama bulan tidak menampakkan batang hidungnya di muka langit, yang biasanya memperlihatkan seorang nenek yang sedang menyulam atau sang kelinci pengelana, sama halnya dengan para bintang yang biasanya genit, berkedap-kedip. Tidak ada. Lama awan kelabu kehitaman itu mengatapi
rumah bumi ini, bayangannya membuat samar antara siang menjadi malam, dan malam menjadi sangat malam. Gelap. Ditambah rintik-rintik hujan seperti ini, keadaan menjadi semakin mencekam.

Uap dari secangkir teh panas itu meliuk-liuk di udara malam ini, melayang-layang hingga akhirnya lenyap berbaur dengan udara, tersudut di sebelah saya, sebuah meja kecil yang diatasnya tergolek satu piring kue, satu vas yang hanya ada satu bunga, bunga mawar putih, dan secangkir teh panas yang entah berapa lama lagi menjadi panas.
Saya duduk di atas kursi goyang tua yang tersematkan sebuah bantal sebagai alas, saya senang mendapati diri saya berada di depan rumah, di teras ini, bagian dari rumah ini lah tempat kesenangan saya untuk sekedar membunuh waktu. Saya berpikir kenapa hujan terus menetes tanpa henti, aneh saya pikir, tapi mungkin ini hanya fenomena alam biasa. Lagipula apa yang bisa saya kerjakan di usia senja saya seperti sekarang, usia yang sudah bertanduk 7, tubuh yang sudah reot, panca indera yang sudah menuli, membuta, saya kira inilah kegiatan utama saya sekarang, duduk di kursi goyang tua, sambil hanya memandangi pemandangan dan banyak melamun.

Kekasih saya sekaligus istri saya sudah terlebih dahulu meninggalkan saya di dunia ini, belahan jiwa saya, cinta sejati saya, dia adalah wanita paling tepat dan paling hebat yang saya pilih untuk menjadi pendamping saya di kehidupan yang singkat ini, betapapun saya tidak ditinggal sendiri di dunia indah ini, saya tinggal bersama anak perempuan saya, anak terakhir dari ketiga anak perempuan saya, ia bernama Malina, Malina Rarasati, dia adalah anak yang cantik, ia sudah menikah, ia dinikahi oleh seorang pria yang baik, sangat baik justru, penyayang, dan sangat bertanggung jawab, saya tidak peduli apa profesinya, saya bukan manusia sedangkal itu, tapi pastinya pekerjaanya halal dan mampu menghidupi anak perempuan saya dan kedua cucu kembar saya yang lucu, saya bahagia bersama dengan keluarga anak saya ini, saya merasa terus hangat, saya senang Malina memilih pria sempurna dalam hidupnya.

Ketika akhir pekan kadang-kadang anak perempuan saya yang nomor satu yang tinggal di Jakarta datang menengokku, dia bernama Maharani Rarasati, ia berkunjung bersama suami dan anak-anaknya, tapi anak perempuan saya yang nomor dua jarang mengunjungi saya di Bandung, karena ia ikut bersama suaminya yang berkewarnegaraan Inggris, dan dia bernama Mayasita, Rarasati nama belakangnya pastinya, saya rindu dengan dia, kami terpisah jarak ruang dan waktu, tapi kadangkala dia menelepon dari sana hanya untuk menanyakan kabar, saya, Malina keluarga, Maharani keluarga, atau kadang-kadang ia bercerita tentang perasaannya, semua anak saya memang terbiasa berbagi isi hatinya dengan saya dan mendiang istri saya, sekarang hanya bisa kepada saya, tak ada batas usia, saya nyaman bisa menjadi pendengar dan motivator bagi ketiga anak saya.

Saya sangat merindukan seluruh keluarga saya berkumpul, terutama istri saya, kami adalah keluarga paling bahagia di muka bumi ini, keluarga paling bahagia yang pernah diciptakan tuhan, saya rasa. Saya menikmati ketika pikiran ini menerawang jauh ke masa lampau, terutama ketika saya seperti sekarang, hanya duduk di kursi butut ini sambil melihat jalanan tepat seberang halaman rumah anak saya, tapi hujan yang sudah berlangsung 7 hari ini seperti membawa kesan aneh, bahkan mungkin seperti hendak menyampaikan suatu pesan, pesan yang aneh pastinya, selama 7 hari dan tepatnya pada malam hari, keadaan menjadi sedikit berbeda lewat kacamata saya, entahlah bagaimana, tapi nalar saya mengatakan ini berbeda.

Selama 7 hari ini dengan hujan terus mengguyur, saya disajikan pemandangan yang aneh, seperti, saya melihat kucing berseliweran, saya tahu apa anehnya dengan kucing, tapi, mereka semuanya berwarna hitam, hitam kelam, dan mereka mengeluarkan suara miaw yang miris, seperti orang kesakitan. Lalu beberapa malam yang lalu, saya melihat banyak orang-orang yang mengenakan baju putih, seperti bukan baju, tapi seperti daster dengan ikatan di beberapa tempat di tubuh mereka, dan yang paling aneh menurut saya adalah cara berjalan, cara berjalan mereka melompat-lompat pelan, seperti merasakan panas bila bersentuhan dengan tanah, bertanya-tanya saya jadinya. Dan setelahnya seringkali dibelakang para manusia yang berbaju putih itu, mengikuti beberapa orang lagi yang berbeda, mereka tinggi besar, saya tahu itu karena mereka hampir setinggi gerbang rumah anak saya yang lebih dari 2 meter, dan mereka berbaju dan berkerudung hitam, rasa penasaran membius kepala, tapi toh saya tidak beranjak dari kursi ini.

Ketika baru saja saya melihat salah satu orang yang berbaju putih itu dipecut berulang-ulang oleh orang yang berbaju hitam, niatnya saya hendak mengahampiri, tapi tiba-tiba pintu depan terbuka, dan keluarlah anak perempuan saya, Malina, tapi ia tidak melirikku, kemudian ia duduk di tangga teras, ia hanya terdiam, dan ketika saya hendak mau menghampirinya, pintu depan itu kembali terbuka, kali ini suami anak saya, kemudian ia duduk disamping Malina, dan ia pun tidak menghardik aku yang duduk di kursi goyang ini, kenapa saya pikir, apakah mereka memang benar-benar tidak melihat saya, lalu keluar kalimat dari Malina yang memecah kesunyian, ia berkata,

" Bapak pasti menyukai sekali malam ini, langit sangat cerah, serangga-serangga bersenandung dimana-mana, damai sekali." Malina tersenyum pada langit, lalu melihat ke suaminya.

aneh....?!, saya pikir.

" iya, ayah juga yakin bapak pasti sangat menyukainya, terutama malam ini, malam ini memang cerah sekali, ditambah dengan benderang cahaya bulan purnama, memang tenang sekali."

hah...?! cahaya bulan purnama...?! saya berkata dalam hati.
ketika saya baru saja mau bersuara, Malina kembali berkata,


" saya kangen sekali dengan bapak, sama ibu juga!", terlihat jelas oleh saya air mengalir dari sela matanya, lalu suami Malina memeluknya dan mencium kepalanya.

" saya tahu sayang, tapi kamu ngga boleh seperti ini, kamu harus ikhlas, bapak pasti sudah senang di alam sana, mungkin beliau sudah ketemu dengan ibu, sekarang kan sudah hari ketujuh semenjak bapak pergi meninggalkan kita!"

kata-kata itu...kata-kata itu tepat berakhirnya dengan gemuruh suara guntur yang membelah langit dan membelah hati saya, saya tidak percaya, jadi sudah tujuh hari saya meninggal dunia, tapi kenapa...kenapa?!, saya sedih sangat sedih, tapi aneh tidak menetes air mata dari kelopak mata saya?

" kita duduk di kursi ya sayang, kamu duduk di kursi goyang kesukaan bapak, yah!!!"

" ayah sudah membuat teh panas sebelumnya, makan juga kue nya ya sayang, biar hati kamu tenang, biar bapak juga tenang di sana!"

Malina pun menuruti apa yang dikatakan suaminya, ketika Malina hampir saya duduk di pangkuan saya, dia dengan mulusnya duduk kursi goyang saya ini, dia menembus tubuh saya, dan saya kemudian berdiri, saya baru sadar bahwa saya ini roh, roh yang melayang-layang selama 7 hari ini, dengan alam yang sama tetapi berbeda suasana dan penglihatan.

Yanuar Kapriradela
Cimahi, 14 November 2009

Jam berapa kamu akan datang ke rumahku ?!

Jam berapa kamu akan datang ke rumahku ?! apakah sore ini ataukah besok pagi, saya akan menunggu kamu dirumah, saya tidak akan kemana-mana, saya takut ketika saya pergi barang sebentar ketika itu pula kamu datang .

Sekarang baru jam 10 pagi, tidak lama sepertinya bila sampai sore hari menunggu atau sampai besok pagi, tidak apa-apa kok saya tidak keberatan, sekiranya kamu akan datang jam berapa? Sekarang saya harus mengerjakan apa alih-alih menunggu kedatanganmu, jam berapa sih kiranya kamu datang?

Aku sudah kelihatan tidak sabar ya, aku sabar kok sebenarnya, kamu tidak percaya aku sabar ya, kenapa juga aku harus tidak sabar, aku bakal sabar kok tenang saja. Aku hanya ingin tahu saja kamu datang jam berapa sepertinya? Sore ini kan, atau besok pagi. Aku sabar tahu tidak kamu, hanya mulut aku saja ini yang gatal ingin ngomong terus, kalau aku sendiri sih aku pasti sabar.

Kamu seperti apa ya sekarang, sudah lama aku tidak pernah melihat wajah kamu, sepertinya kamu kelihatan lebih dewasa mungkin ya, tapi kamu tetap menarik seperti pertama aku melihat kamu semoga. Kira-kira sore ini kalau kamu datang, jam berapa ya, jam 4 atau jam 5 sore ya? Aku mandi lagi tidak ya nanti sore, ngomong-ngomong aku sudah mandi dari tadi pagi sekali, tapi sepertinya aku bakal mandi lagi kalau kamu datang.

Tapi, jam berapa kamu akan datang kerumahku? Kalau besok pagi kira-kira jam berapa sepertinya, pagi buta atau sudah agak siangan ya, kalau pagi sekali aku sudah bangun belum ya? Aku takut ketika kamu datang aku belum bangun, atau sedang mandi di kamar mandi belakang, kalau kamu datang terus bagaimana? Kalau seperti itu, aku pikir aku tidak akan mandi, tapi nanti kamu bilang aku bau.

Kalau nanti sore aku sedang apa kiranya ketika kamu datang ya, aku takut aku ketiduran ketika menunggu kamu, nanti kalau aku tidak mendengar suara ketukan pintu bagaimana? Aku akan minum kopi beberapa gelas saja supaya tidak mengantuk ketika menunggu kamu, kira-kira kamu akan datang kerumah aku jam berapa ya?!

Ayo jujur pasti kamu menganggap aku sudah tidak sabar ya, tidak kok, aku masih sabar sampai sekarang, kamu datang pakai baju apa ya? Apakah bakal memakai baju warna biru muda kesukaan kamu itu, atau warna hijau kesukaan aku ya ? Tapi kamu akan datang sore ini atau besok pagi ya.

*Cimahi, 16 November 2009

Jabat Tanganku

Siapa kamu?!
Siapa sebenar-benarnya kamu?!

Tidak pernah ada kesempatan untuk jauh lebih mengenalmu
Aku hanya bisa mengenal lewat karya-karyamu, tidak pernah lebih

Melalui tulisan-tulisan lah aku bisa mengenalmu, hebat aku pikir.
Tulisan-tulisanmu membawa pikiranku lebih mengenalmu,
mengetahui sifatmu, mengetahui apa yang sudah kamu kerjakan, mengetahui apa yang kau pikirkan dan terpikirkan olehku

Melalui gambar-gambar kameramu lah aku bisa tahu,
siapa teman-temanmu, apa yang kamu lakukan bersama mereka,
belahan bumi dimana kau dan bayanganmu pernah berada

Aku berhasrat untuk lebih lagi dan lebih lagi mengenalmu,
ayolah jabat tanganku, jabat erat kedua lenganku,
hanya cara itu aku bisa menembus jalan pikiranmu,
hanya jalan itu kamu bisa mengetahui bahwa aku bersahabat, aku baik

Kita tidak pernah berbincang, apalagi bercanda tawa
kita hanya sebuah partikel yang berjauhan
sebuah elemen antara negatif dan positif, kau di utara aku di selatan

Tapi aku rasa kita serupa, bersama dalam satu cubicle tak terbatas
kita sebuah kesatuan, berada dalam satu pemijahan beda kolam
kita satu spesies, satu ordo, hanya lingkungan saja yang berbeda,
tapi aku sudah pasti, aku baik

Maka tidak merugi engkau menjabat tanganku
tak akan merugi kita bersenggama dalam pikiran, bicara
ayo, jabat tanganku, jabat erat kedua tanganku

* Saat semua kembali terbentuk, aku hanya sendiri
Cimahi, 19 November 2009

Bertumpuk-tumpuk, Bernyawa, Manusia, dan Putih

Lantai ini tak pernah sedingin ini sebelumnya,
Tembok ini tak pernah sesempit sekarang,
Atap ini pun tak pernah serendah seperti sekarang,
Kursi, meja, kasur, komputer, lemari, gitar,
Seperti sebuah seni kolase yang bertumpuk-tumpuk.

Ruangan ini tidak bergerak, ruangan ini dingin
Menyempitkanku didalamnya, membeku
Ruangan ini tidak bernafas, tak berkata pula
Ada aku yang terjebak, lemah tak bernyawa

Tidakkah engkau mendengar rintihannya
Meraung-raung memohon cerita segar
Ceritera tentang yang apa terjadi di alam semesta
Tidak sedikit pun kah kau mendengarnya, manusia

Mimpi ini berubah arah, merubah haluannya
Beranjak dari suatu kisah tak terarah
Membentuk sebuah wajah dari coretan crayon
dan hanya ada dua warna,
hitam...(menghela) dan putih.


* Menghitam darah ini, membujur kaku dalam poros stagnan
Cimahi, 13 November 2009

Jumat, 13 November 2009

Kincir Angin

Sad...Dissapointed...Mad...desperated...

curious...headache...laugh...sleep...

smile...pensive...think...cry...

awake...alone...pray...quite...


Siklus fraktal yang memberitahu tentang analogi sisi perubahan anomali hati, yang tak kunjung usai. Artificial hidup, hanya itu yang bisa disajikan hangat dengan secangkir kopi panas, tanpa tertendensi animo huru-hara yang lapuk yang berkarat tak kentara.
Inikah awal dari masa bifurkasi yang fragmentif, awal dimana adalah akhir, dan akhir adalah kebahagian, perspektif demikian yang mengaburkan pandangan akan tajamnya dan kejinya hidup, apa yang mau dilepaskan sekarang, semua terasa begitu lamban, waktu yang mengendur bak karet gelang, tik...tok...tik...tok...
Terasa detik ini begitu menyesatkan, bayangan dari pendulum imajiner yang terus bergerak, bergerak dari kanan ke kiri dan sebaliknya. Hiptonis apakah yang hidup coba terapkan kepada saya,teori-teori yang diinvasikan, terasa sangat murni, mengalir bagai air sungai yang penuh dengan cahaya menyilaukan, mungkinkah ini hanya fatamorgana, ataukah realita kongkrit tentang hidup dan mati, terasa sangat membingungkan sekali, halo, adakah orang lain yang sedang berjuang bersama saya sekarang, adakah manusia lain yang ikut tersesat juga ?!
Ah, peduli setan dengan orang lain, mereka pun sepertinya sama tidak mengindahkan ada orang lain yang seperti mereka, jangan salahkan aku yang bersifat skeptis seperti ini, ini hanya refleksi yang aku keluarkan.
Bingung memang, tapi apa sih yang tidak membingungkan di dunia ini, coba ?! apa ?!
ya..ya..ya..saya sudah mengetahuinya, problematic memang.
Antara eksis dan tidak berwujud...abstrak!

Coba dirunut kembali, petunjuk-petunjuk apa yang terlewat, hanya momentum yang berubah menjadi kenangan kah ?
atau kah ada seorang anak kecil yang sedang mencoba untuk menyeberangi sungai itu, biarkan..biarkan anak itu mencoba instuisinya, tajamkan lagi pikiran.
Oh, saya mohon berhenti berbisik lirih kepada saya, saya sudah cukup miris, kenapa tidak sekalian saja kau teriak, teriakan, lantangkan organ - organ yang sudah lama terlelap di balik jasad busukmu itu. Kaburkan hasrat tidak sabar yang berdalih mencoba memberi apel merah segar nan ranum, tapi beracun.
Pikirkan putih disaat hitam mendominasi, pikirkan oase yang begitu menyenangkan diantara beribu-ribu mil hamparan pasir gersang, stimulus lagi terus dan menerus, dan jangan pernah menyerah, bifurkasi itu akan menemui satu titik persimpangan, ya, satu tolak balik yang bahagia mungkin, ataukah malah berakhir sebaliknya ?!
Oh, tidak hitam ini mulai menjalar lagi, putih ini kehabisan nafasnya, ia mulai terbenam di lumpur hitam yang menjijikan, pikirkan lagi putih, pikirkan lagi terang yang menjanjikan.

ahhh, rasa ingin meledak-ledak, ingin sekali terbang walaupun tak ada sayap, hanya inilah yang aku percayai sampai sekarang, hanya inilah yang mengantarkanku sampai pada titik darah penghabisan...Cinta !

A Tales of Rubber Duck

Pada suatu waktu di suatu tempat, tersebut sebuah kisah dari seekor bebek karet berwarna putih. Yang seluruh hidupnya ia habiskan dengan mengarungi arus-arus air dalam selokan bawah tanah dunia.

"apa yang harus aku lakukan dengan waktu ?",
Acap kali pertanyaan itu menggaung di kepala karetnya. Apakah ia harus menampar-namparnya, atau mengiris-ngirisnya dengan pisau hingga tercecer, ataukah membelainya dengan penuh cinta dan kelembutan, begitu lembut ?! begitulah yang ia pikir.
Tapi sering kali sang takdir berucap lain, ia berujar kata-kata yang terkadang memekakan telinga.

Ia terombang-ambing oleh arus air yang entah membawanya kemana, terantuk-antuk akan batasan-batasan hidup, kadang ia menemukan suatu peraduan yang bersih yang airnya wangi dan bercahaya terang, saat itulah ia merasakan belaian lembut kehidupan.
Manisnya udara yang merasuki rongga-rongga dari tiap jengkal tubuhnya, kadang ia pun bernyanyi lagu yang sering ia tembangkan, yakni "wouldn't it be nice",

"...Wouldn't it be nice if we were older
Then we wouldn't have to wait so long
And wouldn't it be nice to live together
In the kind of world where we belong..."


Ia bernyanyi dengan senyum terukir di wajah karetnya, tidak lupa sambil menggoyang-goyangkan kepala kecil karetnya.

Tapi ketika ia berada pada satu persimpangan dan mengecup sebuah tempat yang gelap, kotor, dan berbau busuk, waktu mengendur dengan panjangnya, yang tiap detiknya ia merasa bahawa ia dikutuk atas hidupnya. Ia memebersihkan pipinya yang ternodai dengan air mata, air mata yang memberinya damai, tetapi harus ia bayar dengan darah, warna yang beracun.
Kebahagian yang ia sentuh harus ia bayar tiap sen nya, hidup tidak adil pikirnya, memang hidup tidak adil untuknya.

Adegan - adegan akan lembaran - lembaran hidup terasa berulang-ulang, seperti adegan yang direka ulang. Deja vu.
Ya, deja vu yang sudah kadaluarsa, siklus ini, kejadian ini terasa begitu basi layaknya susu yang disajikan malam hari tetapi baru diteguk di pagi hari, asam.

Ia tidak menyesali hidupnya yang sekarang ini, ia sedang menjalani mimpinya, yakni. Hidup bebas. Tidak terkekang apapun dan siapapun, dan tidak pula mengekang, ia begitu hidup, kejadian-kejadian atas hidup yang menimpa dirinya adalah murni atas kehendaknya sendiri dan kehendak Tuhan tentunya.

Pernah satu waktu ia melewati selokan yang diatasnya berdiri sebuah kota yang megah, mungkin. Karena ia hanya bisa mendengar bunyi-bunyi yang tiada henti, dan suara alunan musik yang menggelegar. Sekonyong-konyongnya ia menemukan seekor bebek karet wanita yang sama, yang sedang mengalir mengikuti aliran air selokan yang sama, mereka mengalir bersama, mereka kerap mengobrol, membicarakan tentang tempat-tempat indah yang mereka pernah lalui, bercanda ria, tertawa-tawa bersama. Kala itu ia merasa sangat bahagia tidak harus menjalani hidup ini sendirian, oh...ia bersyukur akan hidup.
Tetapi rupanya takdir berkehendak lain, di satu cabang aliran selokan, bebek karet wanita itu mengikuti aliran selokan ke arah kanan sedangkan ia mengalir ke arah sebaliknya.
Kembali terucap kata dari seekor bebek karet itu, hidup tidak adil.

7 bulan berlalu.

Bebek karet itu telah mengalami fase-fase hidupnya, ia telah kuat, ia telah sangat siap dengan apa yang akan takdir sajikan di depan matanya.
Guratan - guratan atas apa yang pernah ia alami terukir jelas di wajah dan seluruh tubuhnya, ia mulai lusuh, warna tubuhnya tidak secemerlang seperti awal, penglihatannya pun seakan memudar,
"takdir telah melukis karyanya di sekujur tubuhku",pikirnya.
Merangkak, telah ia hadapi.
Tenggelam, pernah ia lalui.
Tersenyum paling manis, pernah menghampiri.
"apa lagi yang waktu akan beri untukku ?!"

Tanpa sadar pengalaman yang raksasa telah menunggunya didepan, telah menantikan seekor bebek karet yang telah berjuang hingga saat ini. Sang bebek karet itu hanya menantikan mati, hanya ingin mengakhiri perjalanan ini dengan damai dan serba putih.
Ia telah cukup lelah mengarungi hidup semata wayangnya ini. Tapi.
Pusaran air didepan tak bisa ia hindari, ia terputar - putar bersama air dan segala apa yang dikandunganya.
Ia tenggelam, tetapi ia bisa tenang bernafas didalam air.
"inilah saatnya !", ia duga.
Lama ia menutup mata, menantikan ajal hidupnya dengan tenang,
tak lama waktu berselang, ia membuka bola matanya.
Ia takjub dengan apa yang dilihat oleh kedua matanya,
"apakah ini surga, apakah ini yang disebut orang kehidupan setelah kehidupan ?!",pikirnya.

Hamparan air yang sangat luas telah terbentang jelas dihadapannya,
Laut.
Sejauh ia menerawang, hanya hamparan air yang sangat luas yang ia lihat.

"Oh, takdir ingin aku masih berjuang melawan hidup, aku harus siap dengan apa yang telah diberikan untukku !",

Bersambung.

Artwork By Aldmodt "Duck In Sewer"

Tuts Hitam dan Tuts Putih

Derap jemari itu tak lagi berirama
Lentik - lentik tak lagi menari seperti kemarin dulu
Jiwa ini perlahan melepas dari kerangkengnya,
meninggalkan jasad ini dengan penuh kebisuan

Tak ada lagi melodi yang mengalun indah
Tak ada lagi nada - nada yang menari dengan lincah
Penjara lima baris tak lagi mendaulat
Romansa nada yang tercipta sangat sentimentil
Irama waltz hanya tinggal kenangan
semua itu pergi,

Aku ditinggalkan oleh pemilikku lampau
Ditempa dalam sebuah ruangan sesak dan berbau pekat
Aku tak lagi indah seperti dulu,
tak lagi berbahasa melodi seperti dulu

kekasih baru ku kini, mulai merawatku,
mebersihkan ku dari debu yang menempel setebal satu inci
Kawat - kawat yang sudah berkarat mulai diganti baru
Tuts berbahan kayu mahoni mulai menghiasi menggantikan tuts yang cacat tua

Aku mulai hidup kembali, tapi ini hampa
Saya butuh ruh untuk saya kembali
Saya butuh resital tari jemari untuk meniupkan arwah itu

Aku dipajang di ruangan depan bertembok kaca tembus pandang ke dunia luar,
bersama puluhan bangsa aku lainnya
Orang - orang mungkin melihat papan kayu tergantung di depan ruangan ini, yang berbunyi :
" Toko Alat Musik Si Tua George "

Aku melihat orang berlalu lalang di depanku,
berhilir mudik tanpa menilikku
tak ada yang mencoba untuk menghampiri
Tak ayal aku pun kembali bersedu

Suatu sore yang dingin bersalju,
bel pintu toko ini berbunyi menandakan seseorang telah masuk
tiba - tiba ada yang menekan gigi - gigi putih hitamku,
memainkan jari jemarinya di tubuh baruku

Ia seorang gadis kecil berpenampilan lucu,
lalu ia mencumbuku dengan mesra dan indah
ia tak seperti perawakannya yang mungil,
jari jemarinya mengkamuflase

"ya, ya teruskan", ujarku dalam hati
aku merasa aku semakin hidup kembali
aku merasa aku kembali ke dunia setelah hibernasi panjang yang membosankan

Gadis mungil itu memainkan beberapa nada - nada dan melodi, yang menyulut aku untuk kembali bernafas...

bersambung

layaknya tuts piano, hidup ini terdiri atas hitam dan putih.

Ini Bukan Prosa

Saat bintang bersanding dengan bulan, saat itulah aku memutuskan untuk membawa lari tubuhku ke dalam pekatnya malam. Terengah - engah nafasku terseok - seok seakan - akan inilah nafas terakhirku di bumi, saat terakhir zat oksigen ini berada di paru - paruku. Aku membawa tulisanku ini kedalam metaphora tak terbatas, tak terbelenggu, esensi yang tiada akhir. Kubiarkan mengawang, kubiarkan memekik dalam kebisingannya sendiri yang sunyi, takkan kubiarkan langit membentengi laju akal ini.

Aku pun sebenar - benarnya tidak tahu akan kemana coretan - coretan ini pergi, tak mengarah tujuan, tak menepi daratan. Tapi hasrat ini memuncak, siap memuntahkan isi magma panas yang terlama mengendap membisu. Saat - saat inilah yang aku tunggu dalam kurun waktu tak menentu yang membelenggu, yang memenjarakan imajinasi hanya untuk nasi.

Aku, kamu, mereka, tak akan bisa menghentikan aliran dahsyat intuisi ini, aliran yang memanggil untuk dilihat, untuk didengar, untuk sama - sama dihayati. Tulisan ini tidak mudah untuk dimengerti, tidak mudah untuk dicerna isi dan tujuannya, tapi tulisan ini berelegi murni. Membisik lirih, menyayat hati, dan mengeluarkan air mata, tulisan ini adalah sebuah demontrasi bathin yang berlarut - larut.
Tidak mudah memang, mengeluarkan rasa sakit ini dengan mulus, dengan begitu indahnya nan menyilaukan. Hasrat ini tertambat di ruang antara ribuan kata - kata dan ribuan visual yang menjadikan kalimat. Hikayat dari arti sebuah kesunyian dan keinginan yang besar, yang tiada tara akan sesuatu yang indah.

Catatan : gonggongan angin tak berdaya, sinar malam tak menyapa, ada apakah ini ?

Wajah Perempuan Ini

Ia lembut, tak sedikit pun cela
Ia selembut ice cream rasa vanilla, yang kelembutannya membekukan lidah untuk berkata.

Ia bercahaya, ribuan helai hitam indah menaunginya
Ia terbuat dari seluruh warna cahaya, ia menyilaukan semua mata yang menatapnya

Ia elok, tak terlihat cacat di lekuk - lekuknya
Ia telah diukir dengan segenap kemampuan Tuhan dan Tuhan sangat berhati - hati mengukir tiap incinya, ia begitu sempurna.

Ia cantik, saya tidak mempunyai cadangan kata - kata lagi
Ia begitu hebat untuk ditatap, ia begitu...ah, hilang lagi kata - kata saya untuk mengungkapkannya.

Kamu adalah hal yang paling indah yang tak bisa dilahap oleh kata - kata dan kalimat. Tidak perlu mata yang tajam, sepasang mata yang sudah rabun pun pasti bisa melihat kalau kamu cantik.

Kamu masterpiece sang pencipta, kamu mahakarya dari mahakaryanya yang paling indah, kamu tabu untuk dilihat apalagi untuk disentuh oleh sembarang manusia, karena kamu indah.

* belum rampung.

ps : didedikasikan untuk seluruh sahabat - sahabat wanita saya,sedikit ungkapan kata dari saya. Kalian adalah makhluk - makhluk hebat yang Tuhan bawa dalam kehidupan saya. Salute. Terima Kasih.Saya sayang kalian.

Kubangan

Sore hari ini adalah sore yang menyenangkan, hujan siang tadi cukup membasahi tanah-tanah kering yang sudah lama tidak dijumpainya. Oh, saya jatuh cinta sekali dengan bau tanah kering yang menguap dibasahi hujan, harum itu tidak akan pernah ditemui dimanapun dalam keadaan apapun lagi, hanya ketika air turun dari langit ke bumi. Tapi hujan telah berhenti sekarang, tergantikan sinar matahari yang bersahabat dengan kulit, coretan warna-warni yang terpampang indah di dinding langit, sisa-sisa hujan yang masih mengalir pelan dan jatuh dengan berirama dari atap rumah, pepohonan masih meneteskan tetesan air sesekali, dan tanah yang semula kering merontang berubah menjadi sangat lembek, basah, dan terdapat beberapa kubangan di sekitar.

Sore ini mungkin beberapa orang mengerutkan niatnya untuk bepergian, atau hanya jalan-jalan di sore yang indah ini, karena jalanan menjadi becek dimana-mana, entah mereka kebanyakan takut akan kotor atau takut akan hujan membasahi bumi kembali.

Tetapi tidak bagi beberapa anak-anak yang menjadikan tanah lapang becek berkubang menjadi arena bermain mereka, mereka tidak peduli akan basah akan kotor. Ada beberapa anak yang mengenakan kaosnya dan ada pula yang bertelanjang dada saja, seolah-olah sikap yang menantang, mengumandangkan bahwa mereka tidak takut akan tanah yang becek, bahwa tidak peduli kotor yang menempel, bahwa mereka bahagia.

Mereka tampak seru bermain sepakbola, yang lebih tepatnya mereka bermain lumpur ketimbang bermain dengan bola, wajah-wajah muda yang berseri-seri itu tidak pernah pudar dan seringkali meledak tawa-tawa mereka yang membuat orang lain pun tersenyum. Bola yang semula berwarna putih hitam cemerlang, kini didominasi warna coklat kehitaman yang berasal dari lumpur, bola itu ditendang oleh salah satu anak mengarah pada kawanan teman-temannya yang berkumpul di tengah lapang, lapang ini sebenarnya bukanlah lapang dalam artian sebenarnya, lapang ini adalah halaman rumah salah satu anak-anak itu yang tidak terlalu besar, mungkin bisa dibilang cukup kecil.
Bola yang tadi ditendang memuncratkan amunisi-amunisi lumpur yang menempel di sekujur karet bundar itu, alhasil beberapa anak terkena lumpur-lumpur yang melayang-layang di udara, tapi anak-anak yang terkena cipratan lumpur tidak nampak marah, malah sebaliknya tawa-tawa itu kembali menggelegar dan membahana di kumpulan anak-anak tersebut.

Ketika saya sedang menikmati tingkah laku anak-anak itu, saya kaget bola yang entah ditendang oleh siapa mengenai saya, dan saya pun terkotori oleh lumpur, saya tidak bisa marah dan saya tidak suka marah. Salah satu dari anak-anak itu berlari mendekat dan mengambil bola yang tergeletak tidak jauh dari saya dan kembali ke kawanannya tanpa berkata apa-apa, tidak apa-apa saya tidak marah.

"AHMAD KAMU BUKANNYA NGAJI, MALAH MAIN KOTOR-KOTORAN...PULANGGG!!
!",
seorang ibu dengan air muka yang garang dan menggenggam sapu di tangan kanannya, berkata atau lebih mendekati berteriak kepada salah satu dari beberapa anak yang sedang tertawa kencang, lalu si anak yang merasa namanya dipanggil, dengan segera mengambil kaosnya yang tergeletak ditanah dan segera berlari dengan wajah takut menghampiri ibunya, mungkin hujan atupun lumpur tidak sama sekali membuat takut dia tapi tidak dengan sosok ibunya yang sangat menciutkan nyalinya.

Anak-anak yang lain tidak menggubris dengan salah satu temannya yang dimarahi, malahan mereka melanjutkan kembali permainan bola lumpurnya. Mereka seperti tidak mengenal lelah, jangankan lelah menghela nafas pun sepertinya tidak, malah cekikikan-cekikikan yang keluar dari mulut mereka.

Hingga sang matahari yang tinggal setitik lagi lah yang membuat anak-anak itu berhenti, dan lagipula terdengar sayup-sayup lirih suara adzan maghrib yang berkumandang, mereka mulai memunguti kaos dan sandal yang tercecer di tanah, satu persatu dari mereka meninggalkan tanah lapang itu sambil sesekali bercanda, anak yang sudah aku tunggu dari semula berjalan ke arahku dan lalu menghampiriku, salah satu temannya memanggilnya lalu ia menoleh kebelakang lalu berteriak kepada teman-temannya,
"besok kita main lagi ya teman-teman!!!",
kemudian ia berpaling kepadaku, menaikiku, memegang kedua besi yang menyabang di diriku, dan lalu mengayuh kakinya pada kedua pedal yang menjadi bagian tubuhku, berputarlah kedua kaki-kaki karet bundarku, melesat dengan cepat di jalanan yang basah, dan dingin.
"ayo kita pulang sepedaku!"


* Teras dari sebuah rumah yang ditinggal mudik penghuninya.
Cimahi, 24 september 2009.

Senin, 26 Oktober 2009

Articial Life That Has Been Pushed Closer

This night,

There's nothing seems really like "YES", or

there's nothing seems to be like "NO".

It's just something between the RIGHT answer, or maybe the WRONG answer.

Let me clear this thing to right...or to wrong i though, hopefully you've much know than mine.

It's been 4 years, for me to though about times, my times.

Wondering what would happened in tomorrow, what would happened about day after tomorrow and goes on and on.

Too many minds, too many conclusion, and too many illusion, yeah really i'm pretty quite sure about it.

Illusion, that've made by stranges experient, not stranges, only miserable.

I was tried to ignored even at this point, but it seems like an abstract, blur.

Life that given to me was too strange to be happy, i've never found straight way, nothing in my life so straight, i bet you.

At this moments, i though a lot, and i'm in curiousity, is this my way..?!

Is this the right way for me to sailed my boat to fight this journey, or maybe i've to pulled off my steer to the left, i didn't know...?!

Like i said isn't it, no way seems to be clear for me, life is mean, mean for me.

I was the step-son, i don't know but it felt doesn't right, i talked so much, and seems i don't appreciate it.

Poor me, poor little fuckin' bastard like me !

*an absract cirsumstances present, felt guilty.

Selasa, 20 Oktober 2009

Saya Menunggu Seseorang

Saya masih menempelkan handphone saya di telinga kanan saya, karena yang kiri sudah tidak berfungsi dengan baik, masih dengan nada yang sama, masih dengan irama yang sama, tut...tut...tut...saya menunggu seseorang di ujung sana untuk mengangkat telepon dari saya, sama-sama menempelkan handphonenya di telinganya seperti saya, hingga akhirnya sampai bunyi tut yang cepat dan panjang pun dia tidak mengangkat telepon dari saya.
Saya coba lagi menekan nomor yang sama, nama yang sama, dengan siklus yang sama, tapi tetap saja tidak ada balasan dari orang di ujung sana, tidak terasa sepertinya saya sudah menekan nomor yang sama dan nama yang sama ini lebih dari 30 kali, saya sabar, tepatnya saya mencoba untuk sabar.
Saya bertanya-tanya di dalam pikiran saya, ada apa ini, ada apa dengan dia, adakah dia baik-baik saja di seberang sana...?! saya tidak tahu karena saya belum meraih satu kata pun yang keluar dari mulut dia, saya takut sekali, sangat ketakutan, apa jadinya bila dia tidak baik-baik saja, apa jadinya saya...?!

Tersebutlah Satu Negeri Dengan Gelar "Perusak Kebudayaan"

Tayangan di Tv kala tadi memutar satu kesenian daerah yang digemari oleh seharusnya warga asli sunda, yaitu Gendang Pencak. Tidakkah kalian sadar bahwa itu adalah seni asli dari sesepuh orang sunda jaman dahulu yang diwariskan kepada anak cucunya dan sempat teridentifikasikan sebagai wajah dari orang sunda. satu!

Another case, kalian memperhatikan tidak kalau kehidupan kraton di daerah Jogjakarta sana merupakan kebudayaan yang super, kebudayaan yang sarat dengan tradisi, tradisi yang bukan sehari jadi, tapi bertahun-tahun dipikirkan, tapi coba lihat apakah tradisi itu sekarang dihargai atau diberi apresiasi oleh kaum kita, kaum anak muda sekarang?! saya rasa tidak. Dua!

Satu propinsi sekaligus satu pulau yang paling dikenal di tanah air Indonesia dan sangat terkenal di luar negeri, pulau Bali atau pulau dewata. Kehidupan manusianya yang sangat tak lepas dari tradisi, budaya. Tapi pertanyaannya adalah akankah berlangsung hingga akhir jaman atau bakal diabaikan juga?! tiga!

Sempat kemarin-kemarin saya menonton film "Memoirs of Geisha" lagi di dvd, saya berfikir, kebudayaan mereka sangat sangat luar biasa indahnya, dari cara berpakaiannya, cara berjalan dan memberi hormat kepada orang, musiknya, bangunannya, semua itu budaya dan semua itu ciri khas sebagai identitas dari suatu daerah, dari suatu negeri. Tapi sekarang coba lihat mulai hilang, mulai lenyap dari sorotan. Kenapa?! itu contoh salah satu dari luar bangsa. empat!

Sudahlah mungkin kalian betanya-tanya ada apa dengan kebudayaan kita, kebuyaan mereka (red. non-Indonesia), kenapa seakan-akan kita seperti jarang melihat tontonan kebudayaan seperti itu lagi?
Kita sebagai orang Indonesia pastilah mempunyai budaya diri kita sendiri yang notabene kita diwariskan oleh kedua orang kita, budaya yang disebutkan bisa menjadi asal darimana kita berada atau lebih ringannya dari daerah mana kita berasal?
Saya orang jawa, saya orang sunda, atau saya orang bali, atau saya orang batak, kata-kata itu seperti sudah tercetak di KTP. Tapi sejauh mana kalian mengetahui tentang daerah atau tempat kalian berasal? apakah kalian mengetahui kebudayaan daerah kalian sendiri, tradisi daerah kalian sendiri.

Kaum kita sekarang, kaum anak muda mulai terintervertasi oleh satu budaya yang bisa dibilang cukup raksasa di planet bumi ini, budaya dari satu negeri yang secara ajaibnya gampang dilihat, gampang diterima, dan gampang dituruti oleh seluruh warga dunia, bukan hanya warga negara Indonesia saja.
Point-point yang saya sebutkan diatas mungkin sudah terlupakan oleh kalian, sama halnya dengan kebudayaan daerah kita sendiri, boro-boro kebudayaan daerah orang lain.

Tersebutlah satu negeri dengan gelar "Perusak Budaya", negeri yang sangat maju dari segala aspek, negeri yang sangat patut untuk ditakuti oleh seluruh bangsa planet biru ini, United State of America, or we can call Amerika. Hore!
Ya, budaya mereka adalah satu budaya yang paling gencar dan paling besar mengintervert kebudayaan bangsa lain, mulai menggrogoti seperti virus, sedikit sedikit dan mungkin bakal hilang. Saya pikir ciri budaya dari negeri Amerika itu hanya satu kok, budaya bar-bar, budaya yang seperti tidak berbudaya, tapi anehnya budaya yang dianggap paling ajaib, budaya yang dipuja-puja oleh bangsa lainnya, yang sangat bertentangan dengan budaya timur yang kita adaptasi, tapi hasilnya...budaya timur itu pun kalah kok. 1..2..3...K.O!!!

Mungkin budaya musik mereka memang hebat, saya pun tidak munafik setengah dari saya mungkin terkontaminasi budaya mereka, tapi apakah itu budaya kita sendiri? bukan kan?!, mungkin industri film mereka sangat besar bahkan sangat hebat, segala aspek kehidupan diangkat menjadi cerita yang patut untuk ditonton, dari mulai monster, pembunuhan, obat-obatan, seks, tapi berlebihan gak sih?! bukankah segala hal yang berlebihan itu tidak nyaman?!

Beberapa dari kita mengagung-agungkan budaya mereka, budaya yang kita anggap sangat kita banget sampai-sampai menggantikan posisi Tuhan di otak kita, kita terus dicekoki oleh budaya-budaya mereka yang secara buas mengincar lewat jalur mana saja, tak akan pernah bisa terbendung.
Mungkin budaya mereka disebut keren oleh kita, bahwa budaya kita sendiri itu kampungan bukan kita banget mungkin, lalu apakah budaya yang kita sebut keren itu adalah identitas kita, bahwa secara otomatis bila kita berlagak memakai kebudayaan mereka kita bisa dianggap bangsa mereka?! TIDAK!!!

Budaya mereka menghancurkan budaya kita, itu tidak bisa dipungkiri, lalu apakah kita kaum muda akan hanya terus mengadopsi budaya mereka, apakah kita hanya akan tinggal diam saja melihat budaya kita tergantikan dengan budaya mereka???
Saya rasa tidak, kita tidak bisa meninggalkan budaya kita, budaya timur, budaya orang Indonesia, budaya rumah kita sendiri. Terus harus bagaimana? kan budaya mereka memang sangat mendominasi wajah dunia beberapa abad ini...
Ya, tapi kita masih punya kendali penuh atas diri kita sendiri kan, masih bisa mengontrol mengendalikan otak kita, pikiran kita, kaki kita, tangan kita, mata kita, telinga kita?!
Buatlah filter kalian sendiri begitu pula saya, tangkap yang perlu kita adaptasi, tangkap yang mungkin bisa kita jadikan sumber inspirasi, tapi jangan sepenuhnya, jangan malahan membuat kita terbuai, flying high.

Budaya kita mungkin tidak besar, mungkin tidak terlalu terkenal di dunia luar, tapi itu jati diri kita sendiri, ciri khas dari bangsa yang kita tempati sedari lahir, kita harus bangga dengan budaya kita sendiri.

Tidakkah kalian pernah berpikir bahwa mungkin budaya yang mereka sebarluaskan itu, bisa jadi strategi untuk menghancurkan suatu negeri, bukankah menghancurkan suatu negeri bisa lebih gampang dengan lebih dulu menghancurkan penghuninya? kita terus dipertontonkan, diperdengarkan budaya mereka, kita terus disuapi hal-hal yang membuat kita terbuai, hal-hal yang membuat kita lemah, TV, bioskop, radio, internet, mereka menyerang kita lewat budaya mereka, mereka membuat kita lupa bahwa proses menjadi manusia itu salah satunya dengan belajar, at least mengerjakan sesuatu hasil dari intuisi kita sendiri, bukannya malah mengambil peranan hanya menjadi penonton. Kita harus jadi bagian dari "film" itu, entah menjadi scriptwriter, or aktor, atau bahkan menjadi sutradaranya, siapa tahu....itupun kalau kita kuat dan mampu.

Mari kita memakai strategi dari satu agama yang bukan agama saya sendiri yang cukup mendominasi atas pergerakan manusia di muka bumi ini, yang saya sangat jijik dengan agama tersebut, tapi mereka pintar. Yaitu, mencoba memahami kehidupan dibelakang benteng musuh, masuk disela-sela kehidupan musuh, lalu merusaknya pelan pelan tapi pasti, sebuah strategi yang mereka sadar betul suatu strategi dari satu strategi yang besar, mereka menguasai bank-bank dunia, orang-orang penting didunia bahkan ada rumor bahwa hampir seluruh presiden dari negeri amerika adalah antek-antek dari agama tersebut.



*dengan maksud bukan menggurui, saya meminta maaf sebesar-sebesarnya, saya hanya berbagi, mencoba melihat apakah masih ada orang selain saya ikut prihatin atas keberadaan budaya kita sendiri belakangan ini.

Sabtu, 05 September 2009

State Company of Electricity is The New Age of Criminalist Who's Blackmailing Unrich People.

Hari ini tanggal 28 pada chandra agustus 2008, dan tepat pada hari ini pula bulan ramadhan sudah masuk ke hari yang ke 7, ini bulan suci, ini bulan rahmah, dan ini bulan penuh pengampunan, itu apa yang sudah dijamin oleh Allah SWT. Tapi Tidak dengan para petugas - petugas dari perusahaan yang berlabelkan "Badan Usaha Milik Negara", Sumpah hari ini, siang ini disaat saya sedang menjalani ibadah shaum saya, amarah mengalahkan ibadah saya.

Siang ini sehabis menjalankan shalat jum'at, saya asyik bersantai dikamar sambil menikmati program televisi, dan tidak lama listrik tiba - tiba padam, saya berkata dalam hati, "aneh ko siang - siang gini listrik mati?!",
lalu saya beranjak ke teras untuk mengecek meteran listrik apa benar mati, dan ternyata saya menemukan ada beberapa segelintir orang yang memakai uniform dengan lambang PETIR di punggungnya, mereka sedang memasang sesuatu di meteran listrik dirumah saya,
saya bertanya, "ada apa pak?!kenapa listriknya mati?!",
"anda belum bayar listrik bulan sekarang dan kami memutus listrik anda sampai anda membayarnya siang hari ini juga !", dengan mimik sok kuasa yang terpampang di wajahnya.
"emangnya udah telat berapa bulan pak?!",
"udah telat SATU BULAN !!!",
"satu bulan....?!biasanya ga langsung diputus kayak gini pak !", intonasi saya agak berubah,
"sekarang memang harus seperti ini mas !!!", dengan muka yang tak menengok saya barang sedikit pun,
"ah tai anjing...bilang aja pengen ada uang suapnya lah setan !!!", saya berbicara ke diri saya sendiri.
dan melenggang pergilah para petugas - petugas perusahaan negara yang "berbudi pekerti baik, sopan, ramah, dan bijaksana" itu,
"demi Tuhan sekarang ini sedang bulan puasa, apa jadinya ketika bedug ditabuh jam 6 sore,
pada waktu keluarga saya berbuka puasa keadaan rumah gelap gulita ?!", saya bertanya dalam hati.

Kejadiaan semena - mena seperti ini pun pernah saya alami sebelumnya, dikarenakan ibu saya di judge melanggar apalah yang mereka sebut "pencurian listrik", ibu saya diwajibkan membayar denda sekitar 4,5 juta rupiah, kaget donk ibu saya, saya tahu nilai nominal segitu cukup berat untuk ibu saya apalagi ditambah embel - embel deadline 3 hari, dasar tai anjing perusahaan superior, dan satu - satunya di negara ini yang membisniskan listrik.
Lalu saya bertanya pada ibu saya ketika itu, asal muasalnya gimana sih kok bisa dituduh nyuri listrik ?!
ibu saya menjelaskan sekitar 2 bulan yang lalu, ada petugas dari perusahaan listrik yang sama menawarkan jasa penghematan listrik, hanya dengan membayar beberapa puluh ribu saja gembar - gembornya, disulap listrik dirumah ini yang dayanya 900 watt, akan menjadi seperti daya 1300 watt.
Ibu saya setuju - setuju saja, karena alasan ibu saya petugas itu adalah petugas resmi dari perusahaan listrik milik negara itu, abrakadabra hasilnya langsung terlihat kata ibu saya, ibu saya disuruh menyalakan semua alat elektronik dirumah untuk melihat kuat tidak hasil tangan si mas - mas petugas yang "baik" ini, dan memang listriknya kuat tidak "ngejepret" biasa kita ngomong, biasanya tidak mungkin listrik dirumah ini kuat untuk mengoperasikan semua alat - alat elektronik, biasanya harus gantian.

Dan ternyata 2 bulan kemudian, petugas - petugas yang sama dari perusahaan yang itu - itu juga mengklaim bahwa rumah ini mencuri listrik dari perusahaannya dengan cara memperdaya meteran listrik untuk menambah daya listriknya, jelas - jelas ibu saya mencak - mencak lah lalu menjelaskan bahwa 2 bulan yang lalu ada petugas yang menawarkan mebantu permasalahan listrik dirumah saya ini, ibu saya menyebutkan siapa nama petugas yang "terampil " itu, tapi para petugas "eksekutor" menampiknya bahwa tidak ada yang namanya sebut saja si A itu di distrik perusahaan kami, malahan para bapak - bapak "bijak" itu menawarkan,
"silahkan saja ibu cari sendiri orangnya di kantor kami, paling 4 - 5 hari ibu pasti ketemu dengan orang yang ibu sebut itu, tapi kalau memang orang itu pegawai di perusahaan kami.",
dalam hati saya berkata, "heh anjing, mana ada maling ngaku bangsat, terus ngapain juga indung aink harus nyantronin kantor maneh ampe 5 hari, emang indung aink ngga ada kerjaan yang laen apa, goblog !!!"
dan hasilnya yang saya dan ibu saya dapat, kami dijebak dengan sedemikian rupa oleh petugas dari perusahaan yang sama pula, CERDAS.

Polemik tentang listrik mungkin cukup terasa gaungnya untuk keluarga menengah kebawah seperti keluarga saya, saya akui saya pun yang menganggap diri saya cerdas tidak berdaya ketika ibu saya didenda uang 4,5 juta, saya tidak cukup punya argumentasi yang kuat untuk membela ibu saya.
Yang saya lihat dengan perusahaan listrik ini, mereka seperti mulai ahli memanfaatkan peranannya sebagai satu - satunya perusahaan yang mendominasi tentang listrik yang jaman sekarang merupakan kebutuhan primer untuk umat manusia, tak bisa terelakan.
Tapi jangan mentang - mentang karena listrik sekarang menjadi sebuah komoditi penting, perusahaan itu bisa seenak pantatnya mengutak - ngutik tentang biayanya.
Masalah tentang listrik beberapa tahun kebelakang dipandang sebelah mata oleh saya, saya anggap epidemik listrik paling gitu - gitu aja, ternyata saya salah selain perusahaan itu menjadi perusahaan "keluarga", kenapa perusahaan keluarga dikarenakan kebanyakan orang yang masuk ke perusahaan itu ujung - ujungnya keluarganya sendiri, malahan sekarang saya cermati perusahaan ini menjadi suatu "MAFIA" yang bertopengkan perusahaan milik negara, saya rasa para pegawai perusahaan itu dekade ini merupakan mantan - mantan kriminil kelas teri mungkin, atau malah para pintar yang menganggap asalkan dia kaya dan senang tak apalah rakyat miskin dibawah yang menderita.
WOWWW...what's a fuc**n jerk !!!

Saya mau sekarang kalian yang sedang membaca tulisan saya ini bertepuk tangan untuk para "pahlawan" yang memberi cahaya pada rumah kita pada kehidupan kita, yang jaman dahulu ada quotes " habis gelap terbitlah terang !", semoga kalian terbuka mata hatinya, dan cukupkan keacuhan kalian sebelumnya tentang pelistrikan ini menjadi sebuah momok mengerikan yang sedang menjalankan niat - niat busuknya untuk berubah menjadi penjajah dengan bentuk baru, dengan muka malaikat berhati serigala.
Saya berdoa semoga para bapak - bapak dan ibu - ibu yang menjalankan perusahaan itu dengan sangat "mulia, bijaksana, dan jujur" mendapatkan rohmah di bulan suci nan penuh makna seperti sekarang, dengan kata lain....
pernah dengar ga pepatah seperti ini "pembunuh mati dengan cara dibunuh!", atau "perampok pasti akan dirampok juga!", dan bla bla bla lainnya ?!
Semoga para pegawai yang sedang menjalankan perusahaan itu, mati dengan bidang yang mereka geluti.....betul banget....KESETRUM kalau ngga KESAMBAR PETIR. ( asal abis itu ngga jadi saras 008 aja atau jadi the Flash!!!ntar makin hebat aja jadi "penjahat"nya.hahaha)
Masih banyak seperti yang ingin saya bahas tentang perusahaan itu tuh, tapi takut kalian udah panjang ilernya sekarang juga.
Adios kawan - kawan.
Saya seperti mbak kemarin yang berurusan dengan rumah sakit itu, salute mbak Prita, saya angkat gelas saya setinggi - tingginya.

" Ketidakadilan bukanlah suatu ajang tontonan belaka tetapi sesuatu yang harus dihadapi "

Ps : Mulailah menabung uang dari sekarang, belilah genset atau generator set untuk kehidupan yang lebih baik, kata perusahaan yang jualan bola lampu juga.
Save Your Generation, Save Your Family, Save Your Child, and Save Your Grandchild...God Bless You.Amien.