Jumat, 13 November 2009

Tuts Hitam dan Tuts Putih

Derap jemari itu tak lagi berirama
Lentik - lentik tak lagi menari seperti kemarin dulu
Jiwa ini perlahan melepas dari kerangkengnya,
meninggalkan jasad ini dengan penuh kebisuan

Tak ada lagi melodi yang mengalun indah
Tak ada lagi nada - nada yang menari dengan lincah
Penjara lima baris tak lagi mendaulat
Romansa nada yang tercipta sangat sentimentil
Irama waltz hanya tinggal kenangan
semua itu pergi,

Aku ditinggalkan oleh pemilikku lampau
Ditempa dalam sebuah ruangan sesak dan berbau pekat
Aku tak lagi indah seperti dulu,
tak lagi berbahasa melodi seperti dulu

kekasih baru ku kini, mulai merawatku,
mebersihkan ku dari debu yang menempel setebal satu inci
Kawat - kawat yang sudah berkarat mulai diganti baru
Tuts berbahan kayu mahoni mulai menghiasi menggantikan tuts yang cacat tua

Aku mulai hidup kembali, tapi ini hampa
Saya butuh ruh untuk saya kembali
Saya butuh resital tari jemari untuk meniupkan arwah itu

Aku dipajang di ruangan depan bertembok kaca tembus pandang ke dunia luar,
bersama puluhan bangsa aku lainnya
Orang - orang mungkin melihat papan kayu tergantung di depan ruangan ini, yang berbunyi :
" Toko Alat Musik Si Tua George "

Aku melihat orang berlalu lalang di depanku,
berhilir mudik tanpa menilikku
tak ada yang mencoba untuk menghampiri
Tak ayal aku pun kembali bersedu

Suatu sore yang dingin bersalju,
bel pintu toko ini berbunyi menandakan seseorang telah masuk
tiba - tiba ada yang menekan gigi - gigi putih hitamku,
memainkan jari jemarinya di tubuh baruku

Ia seorang gadis kecil berpenampilan lucu,
lalu ia mencumbuku dengan mesra dan indah
ia tak seperti perawakannya yang mungil,
jari jemarinya mengkamuflase

"ya, ya teruskan", ujarku dalam hati
aku merasa aku semakin hidup kembali
aku merasa aku kembali ke dunia setelah hibernasi panjang yang membosankan

Gadis mungil itu memainkan beberapa nada - nada dan melodi, yang menyulut aku untuk kembali bernafas...

bersambung

layaknya tuts piano, hidup ini terdiri atas hitam dan putih.

2 komentar:

  1. ceritanya bagus nih... Aah bung Yanuar selalu pandai bermain kata-kata...

    BalasHapus
  2. teimakasih bung aldian atas sanjungannya...kamu juga jago kok,kita semua jago.

    BalasHapus